Monday, May 13, 2013

Kambing Goreng Djawas, Nikmatnya sampai Tulang Sumsum

Anda penderita kolesterol, tetapi sangat ingin menikmati daging kambing? Jika Anda singgah ke Semarang, bolehlah mencoba menu khas Arab di Rumah Makan Djawas, Jalan Gatot Subroto No 102 Ungaran. Selain nasi kebuli yang sangat terkenal itu, di sini juga ada menu yang tak kalah istimewa, yakni kambing goreng. Konon, kambing goreng ala Djawas ini aman disantap oleh mereka yang punya masalah dengan kolesterol. 

Biasanya kambing goreng ini melengkapi menu nasi kebuli. Namun jika ingin menikmati betul, cukuplah kambing goreng saja dengan nasi putih. Satu porsi kambing goreng ala Djawas berisi daging seukuran tiga jari sebanyak empat potong. Rasanya gurih, sedikit manis, dan tidak bau (apek). Rasa gurihnya sudah pasti dari bumbu-bumbu dan rempahnya. Sementara itu, rasa manisnya berasal dari sari kurma, sekaligus menghilangkan bau apeknya. "Sedari zamannya Datok saya waktu di kampung Petek dulu sampe sekarang Insya Allah rasanya sama. 

Bahan, komposisi bumbu rumusnya tetap paten. Yang jelas, tanpa micin. Soal non-kolesterol itu bukan klaim dari kami, tapi beberapa pelanggan mengatakan itu. Mungkin karena kita menjaga mutu bahan-bahannya. Minyaknya juga selalu yang baru," kata Fawzi Djawas, pemilik RM Djawas. Mulai gigitan awal sampai akhir, kelezatannya tak berkurang. Bahkan, bumbu-bumbunya masih terasa sampai ke tulang-tulangnya. Maklum, saking empuknya, semua daging bisa lepas dari tulangnya. "Itu sumsumnya yang di dalam tulang itu juga enak lho, Mas?" kata Maryam, suami Fawzi Djawas, saat melihat kami habis melahap semua yang ada di atas piring. 

Tanpa pikir panjang dan malu-malu lagi, ujung garpu mulai mencari-cari sesuatu di lubang tulang. Sumsum kambing goreng. Ternyata nikmat juga, ya? Sekadar informasi, semua menu makanan di RM Djawas ini sudah barang tentu berlemak. Namun siapa sangka, Maryam, sang pemilik sekaligus kokinya, adalah seorang vegetarian sejak kecil. Untuk semua menu masakan yang lezat-lezat itu, Maryam hanya mengandalkan feeling dan indra penciumannya saja. "Ibu itu vegetarian sejak kecil. Susu tak doyan, apalagi daging. Ini kurang bumbu, kurang apa, masaknya cukup dilihat saja, tak pernah mencicipi," kata Fawzi Djawas soal kemampuan istrinya.

Sumber: travel.kompas.com

Banda Neira, Serpihan Surga di Timur Indonesia

Perjalanan ke Banda Neira, Maluku, mengingatkan kembali kenangan 18 tahun yang lampau ketika saya menginjakkan kaki di pulau tersebut. Kalau membuka peta Maluku, letak Banda Neira berada di tenggara Kota Ambon. Pilihan transportasi hanya ada dua melalui laut atau udara. Itupun tidak setiap hari tersedia. Pulau Banda Neira merupakan pulau utama dalam gugusan Kepulauan Banda. Meskipun bukan pulau terbesar, namun pulau yang merupakan ibu kota Kecamatan Banda ini menyimpan berbagai obyek wisata alam, sejarah, dan bahari yang sangat layak untuk dikunjungi. 

Memori 18 tahun lalu kembali berputar ketika pesawat Casa 212 Merpati Nusantara Airlines dengan mulus lepas landas dari Bandara Pattimura, Ambon, Sabtu (4/5/2013) pagi menuju Banda Neira. Ini merupakan penerbangan perintis Merpati setelah selama tiga tahun tidak diterbangi. Langit cerah. Capt Bambang Tri Handoko selaku pilot dan Wan Emran sebagai kopilot dengan ramah menyambut kami yang hanya terdiri dari empat penumpang, dua penumpang domestik, dan dua turis asing. Menurut Capt. Bambang, penerbangan dari Ambon menuju Banda Neira harus dilakukan di pagi hari. "Kalau (terbang) di atas jam 10 sangat riskan. Soalnya cuaca dan angin di Banda Neira sulit diprediksi," katanya. Penerbangan selama 50 menit menuju Banda Neira hanya ditemani birunya langit dan birunya Laut Banda. Beruntung cuaca tetap cerah selama perjalanan. Menjelang mendarat, landasan di Banda Neira terlihat jelas. Demikian pula Gunung Api yang ada di depan Pulau Neira juga sama jelas dan berdiri kokoh seperti mengucapkan 'Selamat Datang' di Banda Neira. Tidak ada yang berubah dengan Bandara Banda Neira. Masih tetap sepi. Maklum saja, Merpati hanya terbang tiga kali seminggu ke Banda Neira. Apalagi setiap pagi dan sore, landasan pacu sering dipakai untuk olah raga warga Banda Neira. Yang mencolok adalah taman-taman di bandara kurang terawat. Beda dengan kondisi 18 tahun yang lalu. Kala itu taman tertata rapi dan enak dipandang. Penumpang yang turun dari pesawat langsung bisa merasakan betapa indahnya bandara ini. Merupakan pemandangan yang biasa, sepanjang jalan di Banda Neira menjadi tempat menjemur pala. Tak disangkal lagi, pala merupakan daya tarik sehingga Portugis, Belanda, Spanyol dan Inggris berlomba-lomba mengarungi lautan beribu-ribu kilometer menuju Banda hanya untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di sini. Pala, saat itu, pala laksana emas karena sangat mahal di pasar Eropa. 

Tiba Banda Neira, kunjungan pertama saya adalah ke Benteng Belgica. Ini merupakan benteng VOC yang dibangun di atas sebuah bukit dan ditempuh hanya 10 menit berjalan kaki dari Delfica Guest House. Benteng ini berada di sebelah barat daya Pulau Neira dan terletak pada ketinggian 30 meter dari permukaan laut. Sungguh mengagumkan melihat pemandangan di sekeliling saat berdiri di benteng yang dibangun pada tahun 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Bot ini. Karena posisinya yang strategis, sehingga dari sini Anda bisa melihat ke segala penjuru pulau. Kala itu keberadaan Benteng Belgica memudahkan VOC mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda. Benteng Belgica dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas bukit, namun apabila dilihat dari semua penjuru niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi. Konstruksi benteng terdiri atas dua lapis bangunan dan untuk memasukinya, pengunjung atau wisatawan harus menaiki anak tangga. Di bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka luas untuk para tahanan. Di tengah ruang terbuka, pengunjung bisa melihat dua buah sumur rahasia yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai. Menurut sejarah, benteng ini sebenarnya merupakan salah satu benteng peninggalan Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan, namun pada masa penjajahan Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang. 

Selanjutnya tahun 1622 oleh JP Coen benteng ini diperbesar. Tahun 1667 diperbesar lagi oleh Cornelis Speelman. Berikutnya Gubernur Jenderal Craft van Limburg Stirum memerintahkan agar benteng ini dipugar dan menjadi markas militer Belanda hingga tahun 1860. Uniknya pada setiap sisi benteng terdapat sebuah menara. Untuk menuju puncak menara tersedia tangga yang mana Anda harus hati-hati menaikinya karena posisi tangga nyaris tegak dan lubang keluar yang sempit. Setelah bersusah payah menaiki tangga, sampai saya di puncak tangga. Rasa capek seketika terbayar oleh panorama yang indah. Dari sini saya bisa menikmati pulau-pulau di sekitar Pulau Neira seperti Pulau Banda Besar, Gunung Api dan birunya Laut Banda. Belum lagi hilir mudiknya perahu nelayan. Wow... indahnya. Selesai berkeliling Benteng Belgica, saya dan Fikri ditemani Bahri menuju Istana Mini Neira. VOC kala itu membangun kota Banda Neira dengan mendirikan bangunan istana bernama Istana Mini Neira. Istana tersebut berfungsi sebagai tempat tinggal Gubernur VOC. VOC lebih dahulu membagun istana ini setahun sebelum pembangunan Istana Merdeka di Batavia atau Jakarta. 

Istana Mini Neira menjadi satu-satunya banguan besar dan indah saat itu di kawasan ini. Di depannya terhampar pantai biru yang jernih dan Pulau Banda Besar. Di sekitar Istana Mini dibangun rumah-rumah berukuran besar sebagai tempat tinggal dari petinggi orang Eropa yang datang ke Banda. Ibaratnya berjalan kaki di Kota Banda Neira seperti menyusuri jalan-jalan di Eropa karena banyaknya bangunan beraksitektur Eropa. Hanya saja, lagi-lagi soal perawatan gedung masih perlu menjadi catatan khusus bagi pemerintah. Selesai mengunjungi Istana Mini Neira, saya teringat sebuah tempat yang berisikan berbagai peninggalan penjajah di Banda Neira. Tempatnya di Rumah Budaya Banda Neira dan letaknya persis di depan Delfika Guest House. Di Rumah Budaya ini terdapat berbagai catatat sejarah. Barang-barang peninggalan VOC berupa berbagai jenis meriam, serta beberapa lukisan mengenai situasi pada zaman tersebut. Yang mencolok adalah di ruang utama museum, tergantung sebuah lukisan raksasa yang menceritakan pembantaian orang-orang terpandang di Banda. 

Mereka biasa disebut dengan orang kaya, dan pada masa itu mereka ditawan oleh VOC lalu dibawa ke benteng Nassau. Di depan anak istri serta keluarganya, semua orang terkemuka di Banda tersebut dibunuh secara kejam oleh para samurai yang disewa VOC. Ke luar dari Rumah Budaya Banda Neira, saat berjalan-jalan di pasar Banda Neira, mata saya tertuju pada sebuah bangunan kelenteng berwarna kuning. Namanya Sun Tien Kong yang artinya Rumah Kuasa Tuhan. Kelenteng yang berusia sekitar 300 tahun ini didirikan oleh tukang bangunan dari China. Dalam catatan Johan Sigmund Wurffbain, pengawas VOC berkebangsaan Jerman yang pernah tinggal di Banda menyebutkan, pada abad 17 ada kelenteng Tionghoa di mana kelenteng tersebut berada di dekat kedai minum anggur. Sayang, kondisi kelenteng itu saat ini dalam kondisi kurang terawat. Jangan lupa, saat berkunjung ke Banda Neira, mampirlah ke rumah pengasingan Bung Hatta. Saat ini kondisi rumah pengasingan dari sisi perawatan berbeda jauh dibandingkan 18 tahun yang lampau. Saat itu, kondisi bangunan masih terawat baik. Sekarang kamar Bung Hatta, barang-barang peninggalan dan meja-kursi tempat Bung Hatta mengajar terlihat berdebu. Belum lagi foto-foto yang dipasang di dinding sudah mulai kusam. 

Secara umum, suasana Kota Banda Neira terbilang sepi. Banda Neira mulai ramai ketika kapal Pelni berlabuh. Mendadak para pedagang memadati pasar siap menyambut para penumpang yang turun ke darat untuk membeli makanan dan oleh-oleh khas Banda. Bagi para pedagang, saat-saat seperti inilah yang ditunggu-tunggu. Dagangan mereka laris manis saat penumpang kapal turun ke darat sebelum melanjutkan lagi pelayaran. Begitulah kehidupan di Banda Neira. Serpihan surga di timur Indonesia itu kini semakin ramai didatangi turis, terutama dari Eropa, untuk melihat langsung sisa-sisa peninggalan kolonial, keindahan alamnya dan panorama bawah laut yang sanggup "menghipnotis" wisatawan.

Sumber: Kompas.com

Steak Holycow, Steak Hotel Harga Kaki Lima

Bagi anda para penyuka wisata kuliner terutama hidangan dengan bahan dasar daging, Holycow Steak Senopati adalah tempat yang tidak boleh anda lewatkan. Bertempat di Jalan Bakti nomor 15, Senopati, Jakarta, Holycow menyajikan beraneka ragam hidangan steak baik itu import ataupun lokal berkualitas tak kalah dari hotel berbintang namun dengan harga yang sangat bersahabat, mulai dari lima puluh lima ribu rupiah. Sirloin, Rib-eye, Rumpa, hinggga Wagyu Tenderloin; yang menjadi andalan tempat ini, dapat anda nikmati. Sejak pukul sebelas siang tiap harinya, Holycow Steak Senopati sudah siap melayani anda hinggga pukul dua siang, kemudian dilanjutkan pukul setengah enam sore hingga terjual habis.

Memang, bila anda berkunjung kesana, anda mungkin harus mengantri sedikit lama bila ramai. Belum lagi, bagi yang berkendara mobil, anda harus parkir di pinggir jalan dan tempat parkirnya terbatas. Reservasi tempat juga tidak dimungkinkan karna mereka berpegang pada prinsip “first come first serve.” Namun ketiga hal itu tidak dapat menahan anda untuk lebih dari sekedar mampir sejenak.

Ada beberapa alasan mengapa anda tidak boleh melewatkan tempat ini. Pertama-tama, semua steak yang disajikan disana berbahan dasar daging yang besar dan tebal. Semua disajikan dengan apik dengan tinggkat kematangan yang sesuai permintaan penggunjung. Sejak gigitan pertama, anda akan dapat merasakan betapa empuk dan juicy dagingnya. Belum lagi bumbunya yang meresap jauh kedalam dengan paduan rasa saus pilihan anda sendiri. Jika anda ingin porsi yang lebih besar, tempat ini juga menyediakan Prime Sirloin Steak dan Rib Eye denan berat 400Gs dengan harga yang terjangkau pula.
Faktor slanjutnya, side dish sayuran dan kentang yang dimasak semuanya fresh dari tanaman organik yang pengelola tanam di kebun milik sendiri dimana kualitas bahan terkontrol dengan baik. Untuk makanan penutup, beberapa pilihan menggugah selera tersedia untuk anda. Mulai dari tiramisu aneka rasa, rainbow cake, choco berry cake, dan lainnya. Belum lagi pilihan minuman yang rasanya melengkapi petualangan kuliner anda di tempat ini.

Berikutnya, bagi anda yang mungkin ingin menghabiskan waktu dengan pasangan anda disini namun dengan budget terbatas, anda datan saja ke tempat ini setiap hari senin atau selasa karena tersedia paket khusus Buddy’s Combo untuk berdua hanya seharga Rp. 130.000,- (harga normal Rp. 174.000,-). Selanjutnya, setiap pesanan anda akan dilayani oleh pelayan – pelayan yang ramah juga dengan penyajian yang cepat. Tidak butuh waktu lama untuk anda menikmati pesanan anda. 

Masih belum cukup alasan bagi anda untuk datang, Holycow Steak Senopati memberikan beberapa bonus demi kepuasan para pelanggannya. Mulai dari free Wagyu Steak untuk anda di hari ulang tahun anda, minuman gratis untuk para wanita hamil. Jadi, apa lagi yang anda tungggu. Jangan berpikir dua kali untuk menyempatkan diri datang ketempat ini entah seorang diri atau bersama-sama pasangan, teman, sahabat, ataupun rekan kerja. Saya rasa sudah cukup banyak alasan menggoda untuk memancing hasrat anda akan wisata kuliner ke tempat yang satu ini. Cheers!

Sumber: travelblog.ticktab.com

Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel

Ke Yogyakarta belum lengkap sepertinya kalau tidak berkunjung ke daerah Malioboro. Bukan hanya terkenal sebagai tempat berbelanja berbagai barang dan pernak-pernik khas Yogyakarta seperti pakaian berbahan batik, kaos khas Yogya, berbagai kerajinan tangan, hingga oleh-oleh khas Yogya, Jalan Malioboro juga terkenal akan wisata kuliner dan wisata berbagai bangunan bersejarah dengan arsitektur tempo dulu yang terawat apik di kanan dan kiri jalan.

Salah satu tempat terbaik untuk memulai penjelajahan jalan Malioboro adalah melalui Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel.

Lokasi : Jalan Gajah Mada No. 67, Pusat Kota Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia (Lihat peta)

Selain menawarkan sebuah tempat menginap yang nyaman dan eksklusif, lokasinya yang relatif dekat dengan Jalan Malioboro, mempermudah para wisatawan dalam mencapai semua yang ada di Jalan Malioboro. 

Mengikuti sukses pendahulunya Jambuluwuk Ciawi Resort dan Jambuluwuk Batu Resort, Jambuluwuk Malioboro yang tepat berlokasi di pusat sisi kota tua Yogyakarta yang bersejarah mulai beroperasi semenjak Desember 2011. Beslogankan “It’s Where Unforgettable Moments Begin”, hotel berbintang 5 ini berusaha mewujudkannya lewat nuansa yang diciptakan yang merupakan perpaduan antara tradisional Yogyakarta dengan modern yang terpapar di tiap sisi tempat ini. Tidak melupakan juga keramahtamahan asli Indonesia yang ditunjukkan lewat tangan-tangan yang cekatan dan keramahan para staffnya dalam memberikan pelayanan yang tulus untuk memberikan kesan yang mendalam selama menginap

Berbeda dengan hotel-hotel lain pada umumnya, Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel mencoba menampilkan sesuatu yang lain dari yang lain. Sebagai hotel yang berkelas tentu saja hotel ini tetap berorientasi kepada kenyamanan para tamunya melalui layanan dan fasilitas khas hotel berbintang 5 yang disediakannya. Namun yang berbeda adalah, di saat yang sama, dalam pelaksanaannya, tempat ini tidak melupakan pelestarian lingkungan sekitar dengan menerapkan konsep green hotel. Hal ini terlihat dari pemilihan material kayu yang menjadi bagian dari interior hotel dengan standard dan perijinan dari FSC (Forest Stewardship Council), penghematan listrik dengan mengatur penggunaan AC, memanaskan air dengan menggunakan panas dari blower AC yang ada di luar, memakai sistem pengolahan limbah terpadu yang memproses air dari shower dan kamar mandi agar dapat dipergunakan kembali untuk sistem irigasi, dan yang lainnya.

Jambuluwuk Malioboro Boutique hotel menyediakan 144 kamar eksklusif yang terbagi dalam beberapa tipe dengan wakttu check in dan check out yang cepat dan mudah. Sesuai slogannya, setiap kamar memiliki desain interior yang elegan pertemuan antara tradisional dan modern dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti tempat tidur Kingkoil yang mewah, LCD TV dengan channel-channel tv pilihan dalam dan luar negeri, minibar, free wifi, pemanas air elektrik, kunci pintu elektronik, layanan makan di dalam kamar dan masih banyak lagi dengan jaminan kenyamanan dan kenangan yang tidak terlupakan selama menginap. 

Sejalan dengan misi untuk membuat moment yang tidak terlupakan, hotel menyediakan berbagai fasilitas modern dan terpadu yang tidak boleh dilewatkan. Tersedia akses langsung dari area parkir langsung menuju kamar tempat menginap. Saat memasuki lobby hotel, sempatkan diri untuk mengunjungi Jambuluwuk Bistro dengan berbagai variasi hidangan yang menggugah selera. Bagi yang ingin duduk dan bersantai sembari minum kopi atau teh jangan lewatkan Batik lounge di lantai mezzanine dengan pemandangan kea rah tropical swimming pool. Untuk mereka yang ingin menyegarkan diri di pagi hari ataupun setelah aktifitas harian yang panjang tropical swimming pool adalah pilihan yang tepat dengan area duduk outdoor. Bagi yang membawa anak-anak terdapat pula kolam anak dimana mereka dapat bermain-main dengan air tanpa harus khawatir akan keselamatannya. Kunjungi juga The Patio di bagian outdoor lantai 2 untuk sensasi makan dengan ditemani pemandangan matahari terbenam, kota Yogyakarta, dan gunung Merapi. Tersedia pula Gym untuk yang perduli akan kebugaran tubuh, 2 ruang karaoke dengan tata ruang yang elegan dan sistem audio terbaru untuk melepaskan kepenatan, dan Jambuluwuk Spa untuk bersantai dan memulihkan energy. Demi kelancaran bisnis para tamunya, pihak hotel menyediakan pusat bisnis, 10 ruang pertemuan dengan berbagai ukuran dan fasilitas termodern, dan sebuah ballroom untuk berbagai tujuan dan keperluan. Jangan lupakan Gamelan lounge untuk sejenak menikmati kesenian khas Yogyakarta dan mengunjungi toko oleh-oleh dalam hotel yang menyediakan berbagai oleh-oleh khas Yogyakarta.

Posisi hotel yang strategis memungkinkan para tamu dapat menggapai kawasan Malioboro dengan mudah. Hanya dibutuhkan waktu 5 menit berjalan kaki untuk menuju kawasan Malioboro dan pasar Beringharjo. Keraton Yogyakarta pun hanya 3 menit jauhnya dari hotel. Selain Keraton Yogyakarta tentunya jangan melewatkan icon-icon Yogyakarta lainnya seperti Candi Borobudur, pantai Baron dan Parangtritis, Taman Sari, dan Musium Ullen Sentanu yang dapat ditempuh dengan berkendara selama 1-1,5 jam saja.

Cek harga termurah dan BOOKING ONLINE Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel

Sumber: travelblog.ticktab.com

Arion Swiss Belhotel Bandung

Bandung adalah salah satu kota yang memiliki daya tarik terbesar untuk tujuan wisaya. Selain daerahnya yang sejuk dengan pemandangan alamnya, kota yang memiliki julukan kota kembang dan paris van javanya indonesia memiliki berbagai macam objek wisata yang sangat hebat. Salah satunya adalah dengan dibukanya wahana indor terbesar kedua didunia Trans Studio Bandung setelah sebelumnya dibangun di makassar. Bandung yang juga biasa disebut kota fashion atau kode mode menjadi sarana wisata belanja yang bisa mendapatkan koleksi fashion kelas - kelas dunia.

Di bandung ada banyak hotel yang bertaburan salah satunya ialah hotel Arion Swiss Belhotel. Hotel bintang empat ini yang terletak di jantung kota Bandung. Hotel ini dapat dicapai dengan berjalan kaki dari pusat perbelanjaan yang populer dan stasiun kereta dan berjarak 15 menit ke bandara, kurang dari 2 kilometer dari Museum Geologi Bandung dan Monumen Perjuangan. Hotel ini 2 jam dengan mobil dari Jakarta.

Hotel yang memiliki 100 kamar ini telah didesain elegan dengan fasilitas modern termasuk AC dikontrol secara individual dan akses internet broadband dengan balkon pribadi. Arion Swiss Belhotel Bandung memiliki spa baik dilengkapi dengan sauna dan pusat kebugaran, kolam renang besar dan Kid's Club serta The-Swiss Cafe menawarkan berbagai masakan Indonesia dan internasional yang otentik. Ini semua untuk bisa menunjang kehangatan dan kenyamatan selama menginap disini dan ini merupakan salah satu misi dari hotel tersebut.

Sumber: id.wikipedia.org

Tuesday, May 7, 2013

Coto Makassar: Makanan Khas Orang Makassar

Jalan - Jalan ke Kota Makassar tidak enak jika tidak merasakan Coto Makassar. Makanan khas yang berasal dari makassar ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan makanan khas daerah lainnya. Dagingnya yang empuk dicampur dengan bumbu kacang dan bahan - bahan lainnya menjadikan coto makassar sebagai salah satu kuliner khas yang lezat di kalangna para penikmat kuliner.

Keberadaan Coto Makassar diawal kemunculannya masih menjadi pertanyaan besar, dimana dan sejak kapan coto makassar ini pertama kali di hidangkan. Coto makassar sendiri merupakan hidangan yang tergolong seni ketata bogaan yang sangat tinggi, yang tergolong sebagai makanan rakyat biasa atau umum. Namun coto makassar ini pula sering menjadi hidangan bagi kalangan istana di kerajaan Gowa dahulu.

Coto Makassar diduga pula telah ada sejak Somba Opu (pusat Kerajaan Gowa) berjaya pada tahun 1538 hingga terhidangkan dalam bentuk warung-warung yang ada sekarang dibeberapa pinggiran jalan. Sajian coto makassar diduga terpengaruh pula oleh makanan cina yang telah datang di abad 16, ini terlihat dari sambal yang digunakan yakni sambal tao-co merupakan bagian dari ketata bogaan Cina yang mempengaruhi budaya ketata bogaan Makassar.

Hidangan coto makassar ini, dalam aliran modern digolongkan sebagai hidangan sup. Bila dalam tradisi sejarah masyarakat Eropa yang muncul pada era sebelum revolusi industri di Inggris, sup disandingkan dengan roti sebagai pengganjal perut di malam hari. Maka Coto Makassar juga telah menjadi makanan bagi para pengawal kerajaan untuk mengisi perut di subuh hari sebelum bertugas dipagi harinya.

Coto Makassar pun dianggap hambar bila tak diiringi dengan ketupat atau burasa. Keenakan menikmati coto makassar tak terlepas pula dari tradisi peramuaanya yang secara khusus diolah dalam kuali tanah yang disebut: korong butta atau uring butta dan dengan rampah patang pulo (40 macam rempah) yang terdiri dari kacang, kemiri, cengkeh, pala, foeli, sere yang ditumbuk halus, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih, jintan, ketumbar merah, ketumbar putih, jahe, laos, daun jeruk purut, daun salam, daun kunyit, daun bawang, daun seldri, daun prei, lombok merah, lombok hijau, gula talla, asam, kayu manis, garam, papaya muda untuk melembutkan daging, dan kapur untuk membersihkan jerohan.

Khasnya rasa dari kentalnya coto Makassar dari ramuan rempahnya yang juga berfungsi sebagai penawar zat kolesterol yang terdapat dalam hati, babat, jantung, limpah dsb. Rasa khas inilah yang menurut dugaan bahwak keberadaan soto babat dari Madura, soto Tegal, soto Betawi, terinspirasi dari coto makassar karena dahulu dibawa oleh para pelaut kedaerah tempat soto yang lain

Sumber: http://rachmat-ag.blogspot.com/2011/04/sejarah-coto-makassar.html

Wednesday, May 1, 2013

Hotel Grand Royal Panghegar Bandung

Diantara sekian banyak hotel di Bandung, Hotel Grand Royal Panghegar yang mulai beroperasi sejak tahun 1961 merupakan salah satu hotel yang tertua di Kota Bandung. Memang, bagi kebanyakan orang yang mendengar kata tuaapalagi kata itu datang dari sebuah hotel, kesan yang lantas timbul dipikiran adalah hotel yang kusam, suram, angker karpet dan furnitur yang sudah tua, kamar mandi yang tak terawa tdengan baik, serta langit-langit dan dinding yang kecoklatan, dan berbagai hal yang membuat kita mengurungkan niat untuk menjatuhkan pilihan.

Ini tidak berlaku bagi Hotel Grand Royal Panghegar Bandung. Selama perjalanan dirinya, hotel ini benar-benar mengerti makna tentang perawatan dirinya demi menjaga kualitas dan kenyamanan para tamu. Terlebih lagi semenjak selesai direnovasi penuh pada tahun 2011, hotel ini hadir dengan wajah baru yang jauh dari kesan dimakan usia yang sudah 51 tahun. Yang tertinggal hanyalah waktu yang berbicara tentang pengalaman Hotel Grand Royal Panghager dalam melayani tamunya.

Grand Royal Panghegar Hotel Bandung, dengan wajah barunya, berdiri di jalan Merdeka nomor 2, tepat di jantung kota Bandung. Posisinya yang strategis memungkinkan untuk dicapai hanya dalam waktu 15 menit dari Bandara Internasional Husein Sastranegara. Bagi anda yang berkendara dengan mobil hanya butuh waktu 15 menit dari pintu keluar tol Pasteur. Bukan hanya itu, hotel ini dikelilingi oleh pusat-pusat bisnis dan hiburan dengan beragam pilihan yang memungkinkan kamu menikmati pilihan suguhan hiburan yang diinginkan dan sewaktu-waktu saat dibutuhkan masih tetap dapat melanjutkan bisnis. Lebih dari itu, bagi kamu yang suka berbelanja, hanya perlu 5 menit berjalan kaki dari hotel ke kawasan factory outlet di jalan Riau bahkan hanya 3 menit ke jalan Braga.

Setelah mengalami proses renovasi total, kini Grand Royal Panghegar Bandung hadir dengan tata ruang perpaduaan konsep arsitektur mewah yang modern dengan tradisi Sunda, sambil tetap mempertahankan tampilan Art Deco yang terpapar mulai dari daerah lobby hingga ke dalam 425 kamarnya yang terbagi menjadi 19 lantai. Tersedia 3 pilihan kamar: deluxe condotel, executive condotel, dan emerald suite; semuanya memiliki segala kelengkapan kamar modern untuk menjamin kemudahan dan kenyamanan anda disertai dengan pemandangan indah ke kolam renang ataupun alam pegunungan khas Jawa Barat. Ditambah lagi pelayanan ramah disertai senyuman para staff dengan standard pelayanan yang sudah teruji oleh waktu.

Berbicara tentang fasilitas, hotel berbintang lima ini memiliki semua yang anda butuhkan. Mulai dari ruang-ruang pertemuan berkapasitas besar dan ballroom berkapasitas 2000 orang dengan segala kelengkapan modernnya merupakan pilihan yang tepat bagi anda para pelaku bisnis, perusahaan, dan perorangan yang ingin mengadakan rapat, acara pertemuan, konferensi hingga acara pernikahan. Tersedia juga lounge dan bar dengan disertai alunan live music yang akan membuat suasana menjadi semakin hangat untuk berlama-lama menghabiskan waktu. Juga cafe dengan dapur terbuka. Disini kamu bisa melihat lansung selagi makanan kamu disiapkan sebelum siap disantap, memberikan sensasi tersendiri yang berbeda yang tidak akan kamu temui di tempat lain. Bila ingin berbelanja, tapi tidak punya banyak waktu, tersedia outlet-outlet berbelanja indoor di area hotel. Tersedia pula kolam renang dan spa bagi anda yang ingin menyegarkan diri ataupun berelaksasi sejenak setelah lelah beraktifitas seharian.

Sumber: travelblog.ticktab.com